HOME STORY
Share
Menelisik Cara Manusia Purba Berkomunikasi Lewat Warna

WISATA LIBURAN - Penelitian arkeologi modern menunjukkan bahwa warna telah berfungsi sebagai cara manusia purba berkomunikasi, jauh sebelum mereka mengenal tulisan. Bukti ini terlihat dari lukisan gua yang berusia puluhan ribu tahun, seperti yang ditemukan di Leang Bulu' Sipong 4 di Sulawesi, serta situs-situs di Eropa dan Kalimantan. 

Warna-warna dasar seperti merah dari oker dan putih dari kapur tampaknya memiliki makna simbolis yang dalam, lebih dari sekadar keindahan visual. Misalnya, lukisan dengan pigmen merah yang lebih pudar sering kali diasosiasikan dengan tema perburuan, ritual, atau sebagai penanda identitas kelompok.

Penemuan alat seperti pipisan untuk menghaluskan cat merah semakin memperkuat dugaan bahwa warna berfungsi sebagai kode visual untuk menyampaikan ide, aturan, bahkan pengalaman spiritual dan merupakan salah satu cara manusia purba berkomunikasi.

Lebih dari sekadar gambar, lukisan gua ini bisa dilihat sebagai piktogram prasejarah—semacam "kata-kata" visual yang terukir di dinding batu. Cap tangan berwarna merah yang dibuat dengan teknik semprotan, misalnya, diduga berfungsi sebagai penanda diri, petunjuk arah, atau simbol peringatan. 

Para ahli juga menemukan bahwa variasi warna, seperti perbedaan antara lukisan merah dan putih di Maluku, dapat menunjukkan cara manusia purba berkomunikasi pada periode waktunya atau. Narasi visual ini menjadi cara yang efektif untuk menyampaikan informasi penting antar sesama dan antar generasi—mulai dari kisah perburuan, batas wilayah, hingga pesan religius. 

Dengan demikian, warna bukan hanya sekadar hiasan, melainkan sebuah sistem komunikasi purba yang bertahan lama, dan maknanya terus kita gali hingga saat ini.

The following video is courtesy of TRANS TV